Rabu, 01 Februari 2012

FUNG SHUEN ke kota

Lahan tanah yang dipakai bertanam semakin kering, rusak dan mati, sulit untuk ditanami. Banyak anak muda desa, baik yang lelaki maupun yang perempuan, satu persatu meninggalkan desa, berangkat ke kota untuk mencari pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka dan mengirim bantuan kehidupan ke desa.

Di kedai, sahabat Fung Shuen bernama Liem Sin baru saja pulang dari kota membawa kabar kota dan harapannya. Liem Sin dikerubuti teman-temannya yang asyik mendengar ceritanya.

Cerita tentang gedung Sang Pangeran Muda yang selalu terbuka buat tetamu siapa saja. Di sana tetamu boleh menginap sesukanya termasuk juga untuk hal isi perut, makanan selalu ada. Hanya saja untuk itu, Sang Pangeran Muda membuat peraturan, untuk makanan disediakan bagi tiap tetamu sesuai dengan keahliannya.

Demikianlah, Fung Shuen dan teman-teman asiknya mendengarkan kisah petualang Liem Sin yang hanya beberapa hari saja di kota. Sementara itu Fung Shuen juga sangat tertarik cerita Liem Sin tentang Liem Sin yang diundang makan di sebuah restoran Cina, karena yang ada di kota itu memang hanya ada restoran Cina dengan segala masakan Cina, juga ada minuman yang aneh, kata Liem. Minuman itu berwarna hitam, manis dan segar, sangat sesuai jika diminum di musim panas.

Konon, dengan seijin Ibunya, diam-diam Fung Shuen berangkat ke kota, dengan maksud yang sama, yakni observasi ke tempat kediaman Sang Pangeran Muda yang selain itu, dia berniat mampir ke restoran Cina di kota itu. Demikianlah Fung Shuen pun masuklah ke dalam restoran itu dengan sambutan yang ramah dari pelayan.

Fung Shuen memesan makan. Pelayan memberi tahu ada makanan sop ayam. Fung Shuen lantas teringat ayamnya yang dicintainya, karena itu dia tak berminat makan dengan sop ayam.
Fung Shuen  " ada makanan lain?"
Pelayan        " o, ada oom, soto"
Fung Shuen  " soto? boleh juga "
Pelayan        " wah segar oom, soto ayam"
Fung Shuen  " hah? soto ayam? oh, jangan, tak jadi, ada makanan lainnya selain itu?"
Pelayan        " ada oom, sate "
Fung Shuen  " sate?"
Pelayan        " Sate ayam, goreng ayam, pecel ayam.."
Fung Shuen  " wah, kalau begitu saya tak jadi makan, saya pesan minum saja"

Dia teringat minuman yang diceritakan Liem Sin, sahabatnya, lalu memesan minuman berwarna hitam seperti kopi yang ternyata bernama Sarsaparila. Maka di siang panas itu, Fung Shuen yang selain lapar dan haus tetapi juga letih, duduklah menikmati sarsaparila dingin, demikian menikmatinya hingga beberapa botol dihabisinya. Fung Shuen memesan lagi minuman itu, tetapi pelayan mengatakan persediaan mereka sudah habis.

Fung Shuen berkerenyit dahi, " Heh takut ya tidak dibayar? jangan takut, saya akan membayarnya, itu apa? hah? kenapa disembunyikan?" sambil marah tersinggung merasa direndahkan dia menunjuk ke sebuah botol berisi berwarna hitam. Pelayan mencoba bicara, tetapi melihat wajah Fung Shuen yang merah padam, terpaksa berlari mengambil botol dan memberikan kepada Fung Shuen yang langsung diminumnya. Baru seteguk Fung Shuen berhenti meminumnya, dia memandang kepada pelayan yang ketakutan, tetapi karena pelayan itu masih menungguinya, Fung Shuen melanjutkan minumnya hingga tuntas.

...
Dengan masih duduk bersandar, Fung Shuen membayar tagihan. Namun sempat menggerutu " Hayyaaa, satu pemandangan dua perasaan..."
Pelayan, " yang satunya kecap oom..."

nani tandjung kalibata 02022012