oleh Nani Tandjung Full
bahkan petir mengawali jeroanku
bahkan guruh gemuruh meriuhi jantungku
bahkan badai mematahkan hatiku
bahkan airhujan menyaingi airmataku
kau membisu
anakku,
aku pernah mengatakannya, bahkan acap
tapi kau sambut selalu dengan sigap
itu sumpah katamu, itu azab
orang biasa tentu tak menangkap
karena aku ibumu, tak perlu sulit menyingkap
airmatamu yang pedih menyiram hatiku yang gelap
kau diam tetap
aku acap menangkap kepedihanmu
aku juga tahu kau tahu itu
lalu
Allah Yang Maha Tahu menjabah pedihku
apakah kau melihat tangga pertamaku?
aku cuma memberimu perbandingan, anakku
perumpung, 18 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar