Senin, 01 Agustus 2011

BALA DEWA, SANGAT DITAKUTI dewa-dewa

oleh Nani Tandjung Full pada 31 Juli 2010 jam 22:52

Versi Nani Tandjung

Bala Dewa menurut gaya saya, sebutan dari rakyat kepada sosok yang mampu membela mereka. Setiap Rakyat menyebut nama ini akan terpingkal-pingkal. Kenapa? karena Rakyat akan melihat Para Dewa, akan ngibrit luari sakuenceng kuencengnya. Sosok ini menjadi BALA bagi para DEWA, maka dipanggillah dia sebagai Balanya dewa, disingkat jadi Baladewa, lebih disingkat lagi? BD bacanya bede.

Baladewa ini suka berjalan ke sana ke mari, ngobrol, jadi tahu banyak hal. Dia suka ke Hastina, suka ke Pandawa, suka juga ke orang-orang terbuang yang banyak tahu tentang sejarah. Baladewa, biasa-biasa saja. Percaya diri, karena ayah ibunya masih ada saat dia mendewasa. Beda dengan Pandawa yang anak yatim itu. Tapi sebenarnya Pandawa malah banyak yang menyayanginya. Meski bandel, tetap saja dimaafkan. ( tapi ini, pasti punya intrik-intrik, ada maunya buat yang pura-pura menyayanginya.)

Itu juga sebabnya Baladewa suka sebel kepada Pandawa, yang disebutnya 'belagu" atau “bertingkah” maka kadang-kadang Baladewa terlihat seperti bergaul dengan Hastina, bahkan seperti membela Hastina. Paling sebal lagi, saat melihat adiknya si ganteng bermuka hitam, penuh bekas jerawat yang sok dewasa, sok bijjaksana. Kadang, Baladewa mau marah kepada adiknya si Krisna, tapi dilarang ayah ibunya, kata Ayah Ibu, " eh, eh, jangan dong, Krisna itukan adikmu", Terpaksa, Baladewa mengatur nafas lagi. Lambat laun, kondisi ini menjadi label, trade nya si Baladewa, kasar, tak sabaran. Krisna juga memanfaatkan ini, sering juga dia melaporkan laporan yang aneh kepada Orang tua mereka.

Baladewa banyak main sendiri, malas melihat kelakuan sekelilingnya. Baladewa heran, kok ya kerajaan Hastina itu kan bukan punya bapaknya Hastina juga bukan punya bapaknya Pandawa, tetapi kok mereka perang memperebut barang orang lain yang mungkin pura-pura saja menyerahkan kerajaan itu. Ada-ada saja. Baladewa sering ngedumel, memangnya punya nenek moyangnya, huh!

Lha sekarang Krisna. Krisna suka main perang-perangan. Kalau gak ada yang kalah, dia keluarkan cakramnya, biar jelas, harus ada yang kalah, begitu pesan panitia. (kayak pesan panitia festival teater jakarta kepada juri) Tapi kalau yang mati pingsan adalah kawan-kawannya, dia mengenduskan wangi bunga wijaya kusuma, biar seger lagi. Satu-satunya yang dia sebalkan adalah abangnya itu, sering tak setuju dengan skenario yang dia buat. Krisna mencoba mencari pengawalan dari dewa-dewa, biar abangnya takut. Eh, karena Abangnya itu orangnya suka adu jotos tak penting etika yang nyaris pembodohan katanya, biar Dewa siapapun, masak bodo. Lha, Dewa-Dewa, tak mau sampai kena dikurang-ajari oleh anak kelas menengah ini, lebih baik ngacir, tak mau bentrok dengan Baladewa. Menjatuh-jatuhkan harga diri, menurut Dewa2 itu.

Nah, waktu semakin dekat untuk sampai di bagian membacakan puisi. Lho! Kok Puisi?? Yah sudahlah, tak apa, membaca puisi sesekali. Krisna tak mau diganggu kecerdikannya menulis puisi atau menulis scenario oleh abangnya itu, maka Krisna mendongeng kepada Baladewa.

Krisna bilang : Bang, kau pernah lihat setan?

Baladewa : Belum, ngapain? Kayak enggak ada kerjaan amat.

Krisna : Lho, seru Bang… mau melihat setan? kalau aku tak pernah, dan tak mau, amit-amit, aku takut Bang…

Baladewa yang merasa tak pernah takut itu menjawab

Baladewa : wah, setan itu gak ada dik

Krisna : lho, ada bang, aku takut. Bunuh itu.

Baladewa : hallaaaah, lebay kau. Mana, mana biar aku gada dia!

Krisna : wah bang, lihatnya tak bisa sembarangan, coba kau menungging, menungging kau, lihat kebelakang, kau mundur sambil nungging, itu itu, di bekas tapak kaki mu harus dihapus, biar jelas. ketemukan ya Bang, nanti kasih tau adik.. "

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


    • Jeje Widjaya Baladewa atau Raden Kokrosono adalah sosok penentu pada perang barathayudha, itulah sebabnya dia dibujuk oleh Krisna untuk bertapa dipertapaan hargosonya grojogan sewu..filosofinya yg pantas diurai dgn kekinian adalah....(bersambung)
      31 Juli 2010 jam 23:10

    • Jika kau kata sunan bonang menggunakan cerita2 samar ini untuk menyebarkan agama, kau dapat darimana? Sedang tak ada sejarah menuliskan itu,
      Lalu kau ingin membaurkan, mengaduk aduk cerita ini kemana?
      atau sekedar Sensasi belaka? ''Jamus KALIMASADA'' bukan Kalimusuda

      01 Agustus 2010 jam 0:49

    • Nani Tandjung Full Mbah Sur> hahahahah bersambung lho janji!
      01 Agustus 2010 jam 2:12 ·

    • Nani Tandjung Full
      Ki Gambuh > lho, kan dikabarkan, dengan memakai cerita wayang Sunan Bonang mengantarkan pelajaran agama Islam, AGAMA ISLAMNYA = JELAS, tetapi dengan wayang yang bukan media Islam, tentu saja akan diselaraskan yang otomatis memakai simbol-simbol.

      Simbol kan sesuatu yang mengandung arti. Kalau masih mengandung, artinya memang harus dikunyah dulu. MIsalnya du"a KALIMAH SYAHADAT (BUKAN DUA TETAPI DU'A YANG DIMAKSUD DO'A, (KALIMASADA, YANG DISELIPKAN DI MAHKOTA YUDISTIRA, INI KAN MEMBERI ARTI, KALIMAH SYAHADAT ITU DIJADIKAN KEKUATAN YANG TERSIMAPN DALAM OTAK/PIKIRAN KITA.

      LHA, KALAU ANAK2 KAN ENGGAK NGERTI. Banyak versi tentang wayang. Di daerah Sunda saja sekin banyaknya versi, di daerah Jawa demikian, di Bali, juga begitu, terbawa orang Jawa ke Kalimantan, wayang ceritanya juga berversi.. kisah Maha Bharata, secara garis besra demikian adanya. Ketika sang Dalang ingin mengantar cerita yang segar, dalang akan mencari bntuk atau alur lain. maka akan termunculkan cerita baru.... maaf Ki, komik RA Kosasih versi Sunda hafal luar kepala. Di Sunda, ada CEPOT. Di Jawa ada BAGONG yang kalau di Sunda itu TOGOG. Belum lagi di Bali.

      Saya dulu nongkrongnya di PEPADI Jakarta, jaman masih ada Pak D.Jayakusumah, Gedung Juang Jakarta. Banyak yang salah Ki. Al Qur'an saja banyak banget disalah tafsirkan. Sudahlah, buat bersambung saja lagi. :))

      Aku memang dari Sibolga Tapanuli Tengah Ki, tapi cerita sejarah atau apalah namanya, banyak kali tersimpan di nederland.... kalau ada orang bule barat asing dari luar negeri, salah atau menyalah-nyalahkan tentang ISLAM, wayang, itu saja kita benahi, saya baru saja memulai, tetapi paling tidak, saya juga memiliki milik indonesia saya... tq Ki . aja nesu to....

      01 Agustus 2010 jam 2:34 ·

    • baladewa ya maaf q gak begitu mengerti si. tapi aku tertarik ceritanya cerita para orang DEWAsa..q tunggu episode berikutnya yang BERSAMBUNG ITU...
      sambil baca2 tentang pewayangan. sebenernya yang siar pakai wayang itu sunan kalijaga apa sunan bonang si? versi mana yg benar.....?

      01 Agustus 2010 jam 4:14

    • Ki Gambuh R Basedo
      Yang siar sunan kalijaga, kalau ini sejarah, jadi gak bisa asal asalan, justru beliau jadikan wayang sebagai pendekatan dan bukan lagi wayang, budayamanca, yang beliau gunakan  Tapi dirubah menjadi ''RINGGIT PURWA''ATAU WAYANG KULIT
      Terbukti lihatlah dibagian leher wayang kulit ada sayatan 2 warna kuning, sunan kalijaga menandainya, mengandung makna ini hanya benda mati, lalu juga diciptalah punakawan yang di mahabarata aslinya tak ada. Kalau anda ini anggap cekokan yang remehtemeh, bukankah justru tulisan ini cekokan yang entah apa,dan mau kemana? Jadi silahkan saja menulis,itu hak anda asal jangan mencoba merubah sejarah. Atau tulis saja sekalian yang melawan frontal habis agar terjadi kontras warna jangan setengah2.Aku gak marah hehe,aku ingin beberkan yang saya tahu, Bolehkan,ayo belajar bersama

      01 Agustus 2010 jam 7:50 

      Ki Gambuh, kalau anda mau jujur, cantumkan tahun kelahiranmu di infomu biar jelas, apakah kau sudah pantas memakai gelar 'KI' yang dahulu kalanya biasa saja dan yang sekarang ini justru perlu kejelasan punya proses yang panjang untuk menyandangnya.
      01 Agustus 2010 jam 12:42 ·


    • Nani Tandjung Full
      hadirnya Sunan Kalijaga dengan mendapat gagasan dari ALLAH untuk memakai wayang, tetap saja, SK mempunyai AWALAN dari menyaksikan adanya PEWAYANGAN di masyarakat yang kemudian jadi MANTAN HINDU BUDHA itu. Jangan mentah. adanya nama ARJUNA, KRISNA. Itu saja membuktikan bahwa cerita wayang yang terakhir atau 'memberikutkan' adalah mengikut dari Wedha itu. AGAMA HINDU.

      Hal berkelanjutan menjadi banyak aktor di dalamnya itu, itulah yang disebut GAGASAN atau IDEA. Hasil pikiran. Hadir punakawan dan lainnya.

      (sekalian, untuk perenungan, untuk tak sibuk bertempur dengan negara asing yang mengambil hasil kesenian bangsa kita, TUH lihat, indonesia sejak sebelum jadi nama indonesia saja sudah mengambil macam2 dari manca negara. India, Arab, China dll)



      Ki Gambah, mengurai satu karakter wayang, sudah menjadi sebuah cerita panjang, 5 W + 1 H nya, cobalah... lahirnya banyak versi diakibatkan memang ini bukan sejarah yang disejarahkan. (misalnya hadir yang namanya VERSI-VERSI : kebohongan atau persembunyian seorang suami yang menikah lagi. Begitu meninggal. para istri hadir semuanya. nah dari situ, penonton menduga dan MENCERITAKAN KEMBALI menurut VERSI YANG DIA LIHAT DAN DENGAR)

      hehehhe nyambung kemana-mana neh, asik nih, kok yang lain mana neh para maniak wayang?

      01 Agustus 2010 jam 13:05 ·

    • Ki Gambuh R Basedo
      Memang ada lakon2 wayang memang yang karangan sendiri,karena mungkin ingin menjadikanya bahasa sindiran politik dsb. Yang saya maksud bukan wayangnya tapi yang saya tegaskan cuma yang menggunakan wayang sebagai alat untk penyebaran agama itu sunan kalijaga,bukan sunan bonang. Sedang kalau bicara wayang tentu JAWA TENGAHLAH wayang mulai marak sejak HINDU BUDHA.bukti2 peninggalan masih bnyk disini,termasuk sekar(tembang2 macapat dan gending2 pengiring wayangpun sampai kini masih mendarah daging di masyarakat

      jawa tengah, Khususnya pecinta wayang, jika benar memahami tentang RINGGIT PURWA WAYANG KULIT, tentu ada beda versi karena memang ada muatan politik waktu itu contoh, apakah HARJUNA DALAM MAHABARATA NAMANYA JUGA JANAKA?
      tidak, sunan kalijaga, waktu itu Janaka Mengambil maksud JANATAKA artinya surgamu, dikandung maksud beliau ingin menuturkan bahwa barangsiapa yang berperang, kuat menahan hawa nafsu mak surgalah,hadiahnya. Dan wanita itu disimbulkan surga.maka di gunakan

    • Nani Tandjung Full
      tak usahlah tersinggung atau marah jika ada pengembangan cerita wayang, SEBAGAIMANA WEDHA TAK MARAH SAAT DIKEMBANGKAN LEBIH JAUH JAUH JAUH JAUH....


      soal, pembetulan sunan bonang atau kalijaga, memang saya sengaja. Bonang memang dipakai juga dalam pengembangan Islam.

      ini soal kecoh. Pengecohan terjadi sangat marak di era ini, sobat. Mari, kita kerjakan bersama bersikap jujur dan benar serta mengamankan.

      soal jawa tengah, tak perlu juga diagungkan sebagai pusat wayang. meski benar adanya, MASIH BANYAK ORANG JAWA YANG TAK MENGERTI TENTANG WAYANG DAN FILOSOFINYA.

      banyak sejarah kita ada di luar sana yang bisa kita jadikan PERBANDINGAN saja, bukan sebagai yang benar. karena kita harus tahu saat dia mencatat, kemanusiaannya sedang berada di mana

      01 Agustus 2010 jam 14:18 ·

      Ki Gambuh R Basedo
      Maka wanita rata2 yang dimiliki harjuna atau janaka versi sunan kalijaga,disimbulkan surga atau bidadari. Terbukti pada saat Newoto kawoco Raksasa mengobrak abrik khayangan dipanggilah Janaka, sebagai jago dewa untuk membunuh newoto kawoco(simbol angkara dan nafsu)maka kemudian menang dan di wisuda menjadi BEGAWAN CIPTONING, dengan hadiah bethari BETHARI DERSANALA, dan lahirlah wisanggeni.
      NAH APA YANG DISANGSIKAN OLEHMU JIKA WALILLAH MENJADIKAN BUDAYA SEBAGAI MEDIA PENDEKATAN SANG KHOLIQ?

      01 Agustus 2010 jam 14:20

    • Ki Gambuh R Basedo
      Silahkan! Bukan hanya pada saya,tapi cobalah pada budayawan yang khusus tahu wayang, TAK ADA HEBATNYA ORANG YANG MAU MERUBAH SEJARAH YANG MASIH HANGAT, andai argumentmu TAK RAPUH, TENTU AKU ACUNGI JEMPOL, apa yang ada paparkan RAPUH, tak salahkan jika aku juga berpendapat?
      cobalah kumpulkan data2 yang akurat sehingga tak pincang ketika mau memamparkan tulisan macam ini. Kok ada argument sengaja ku gunakan sunan bonang, LALU APA HUB SUNAN BONANG DAN WAYANG? jangan marah, aku hanya tidak setuju tulisanmu

      01 Agustus 2010 jam 14:27

    • Nani Tandjung Full
      NAH APA YANG DISANGSIKAN OLEHMU JIKA WALILLAH MENJADIKAN BUDAYA SEBAGAI MEDIA PENDEKATAN SANG KHOLIQ


      heheheheheh ada yang menyangsikan? ada kata saya yang mengarah kepada sangsi? adanya, anda sangsi kalau saya bicara tentang wayang karena saya bukan orang jawa. (mbahku wong semarang lho)

      anda sudah mengatakan WAYANG KULIT DI LEHERNYA ADA DUA GARIS KUNING YANG DIMAKSUD ADALAH INI HANYA BENDA MATI

      mestinya juga diambil makna, mahabharata juga sebagai media, cerita, kisah. BUKAN AL QUR'AN.

      Al Qur'an dalam menerjemahkannya saja kita harus teliti benar, siapa yang menerjemahkannya. Karena dalam menerjemahkannya tentu tak lepas dari ilmu yang berproses dalam dirinya yang datng juga dari sang guru dan lainnya.

      apa lagi mahabharata, yang bukan al Qur'an.



    • ‎"Kok ada argument sengaja ku gunakan sunan bonang, LALU APA HUB SUNAN BONANG DAN WAYANG?"


      wah, tapi, pertama, saya suka dengan dialog ini jadi berkepanjangan. pasti ada juga yang menunggu akhir dialog ini, atau ada yng ikut nimbrung.


      ke dua, untuk TEST IQ, banyak kalimat atau gambar yang disalahkan untuk memeriksa tingkat IQ seseorang...

      masih nunggu Ki Legowo nih, mana dia itu orang... Mbah Sur juga, kok berenti?

      lanjut terus Ki Gambuh. (Gambuh itu artinya apa sih)

      01 Agustus 2010 jam 14:39 ·

    • Ki Gambuh R Basedo
      HAHAHA,tulisanmu adalah pengkaburan, lalu mengajak pembaca mengikuti keinginanmu bukan? Alqur'an ayat yang tertulis. Alam dan isinya termasuk kisah, dongeng, legenda, sejarah adalah ayat yang tercipta PERBEDAAN TIDAK PERNAH MEMBUATKU MENJADI MUSUH ITUPUN BAGIKU AYAT

      ''yang saya maksud jika sdri ingin MEMBUAT SINDIRAN POLITIK DSB,menurutku Pas jika punakawan sdri jadikan alat. Sungguh tak ada marahku padamu,cuma memang begini caraku BAHKAN KU MEMINTA PADAMU, SELAMATKAN BUDAYA BANGSA,itu saja


    • Sekali lagi MAAF,aku tak bermaksud menggurui, karena aku juga berproses, SEKALI LAGI SELAMATKAN BUDAYA ADILUHUNG BANGSA, apapun, tak peduli. Sungguh aku BANGGA DAN HORMAT pada setiap manusia yang menguri uri budaya. Silahkan lanjut sambunganya, jika boleh ku titipkan kata, lebih hati2 dan cermat, agar tulisan tulisanmu abadi sepanjang jaman amin salam Selamat berkarya

      01 Agustus 2010 jam 14:51

    • Nani Tandjung Full terima kasih gambuh, setiap kita harus hati-hati, kau pun begitu...
      01 Agustus 2010 jam 15:07

    • Ki Siradjudin Al Sattary karena banyak orang menjadi dewa sekarang.
      01 Agustus 2010 jam 15:44 

    • Dahwi Layung Respati
      Mengapresiasi saja.. Bu Nani tidak sendiri dlm membuat sudut pandang baru dalam narasi wayang dengan membalik Pandawa ke sisi antagonis dan Kurawa sebaliknya. Yanusa Nugraha (yang nb-nya adalah kawan akrab Ki Manteb Soedarsono) sudah melakukan-nya lewat 'Manyura'. Joga Agus Sunyoto dengan  'Rahuvanatatwa' dengan menkritisi narasi Ramayana.

      Sebagai orang muda saya memandang ini justru positif buat memberikan bahan perbandingan. Karena bagaimanapun se-adi luhung-nya naskah wayang yang 'original' justru seperti sedikitnya membawa nilai feodal juga hehe.. Sumangga

      01 Agustus 2010 jam 17:05

    • Nani Tandjung Full
      ‎Gambuh, ''yang saya maksud jika sdri ingin MEMBUAT SINDIRAN POLITIK DSB, menuruku Pas jika punakawan sdri jadikan alat"


      gambuh, terlalu sering, orang bawah dijadikan tokoh berolok-olok. ini tak berolok-olok. ini kenyataan hidup. Jika CERITA WAYANG itu bisa jadi media perbaikan, harus jelas yang harus diperbaiki.

      punakawan sudah capek, lelah, letih berolokolok, karena olokannya sudah tak lucu. Mungkin mereka sudah jadi Dewa di swargaloka. Mereka tak bisa melucu lagi dalam kesedihan. mungkin Mereka sudah senang. Sebaliknya yang senang sudah tak senang lagi karena sudah digantikan posisinya menjadi pelawak yang pandai melucu....

      01 Agustus 2010 jam 19:08

    • Jeje Widjaya kembali kepada konten dan teks yg menjadi assay, sebaiknya kita membedakan antara alur, simbol, dan fakta...(bersambung...:)..​..)
      01 Agustus 2010 jam 19:41 ·

    • Ki Gambuh R Basedo TERSERAH! kamu mau jungkirbalikan sejarah atau apapun itu hakmu, jadi aku gak akan koment lagi, siasia dan percuma, ngomongin yang tak perlu diomongkan lagi.sudah!
      01 Agustus 2010 jam 19:56 

    • Nani Tandjung Full xixixixixix gambuh....
      01 Agustus 2010 jam 20:19 ·

    • Enes Suryadi
      Versi mbak Nani ttg Baladewa menarik. Nilai2 kebenaran mmg sering, kl bukan selalu, dilegaltafsirkan oleh penguasa yg memenangkan pergulatan kekuasaan. Dan oleh alat-alat kekuasaan & propagandanya, legal tafsir itu kemudian ditetapkan menjadi seolah-olah sbg sebuah kebenaran tunggal yg konstitusional.

      Maka, bukan dalam konteks wacana demokrasi atau fasis, Hitler misalnya, tak heran meski benar-salah motiv2 kenapa dia membunuhi orang2 Yahudi atau menduduki Negara2 Eropa dilihat dari perspektif Hitler & Rakyat Jerman sendiri wkt itu bisa debatable, toh pendukung2 Hitler semuanya hrs memasuki pengadilan Nurenberg sbg penjahat2 perang, krn mereka tlh kalah dlm perang!

      Di sinilah urgensinya: orang2 baik & benar dlm ukuran universal, hrs berpolitik & memenangkan pergulatan kekuasaan, spy legaltafsirnya thd nilai2 kebeneran pun menjadi benar yg mmg benar.

      Yg jelas, Kresna adalah seorang politikus yg cerdik & brilian, sdg Baladewa, adalah seorang yg kuat, jujur, tp agak naif & krg menguasai psykologi & komunikasi massa, sosiologi, & kecerdikan seorang Negarawan.

      Maafkan kl sy keliru.

      01 Agustus 2010 jam 22:03

    • Wilu Ningrat ‎^^^
      PADA dekade 1990an ... "suara merdeka" pada tiap minggunya rutin memuat halaman khusus "wayang mbeling", tapi sayang entah sejak kapan sudah tidak lagi ...
      :
      ini juga wayang mbeling ...
      "baladewa version Nani Tandjung"

      kreatip dan banyol abeeezzz dahhh

      02 Agustus 2010 jam 12:28 ·

    • Beat Iman Teguh lanjutannya tak tunggu yach....
      02 Agustus 2010 jam 12:49 

    • Enes Suryadi
      Semuanya bebas ditafsir ulang & bahkan memang harus ditafsir ulang karena zaman berubah & berkembang. Dulu orang berkomunikasi, membuat jejaring, dg telepon engkol, sekarang dg fisbuk.


      Asal tidak lari dari substansi nilai2 kebenarannya, semua bebas ditafsir ulang. Bahkan Al-Qur'an pun, asal tidak menafsir daging babi atau berzinah halal, bebas ditafsir ulang. Tentu hanya orang2 seperti Quraish Shihab, boleh menafsir ulang. Enes Suryadi belum boleh. Tp kalo utk diri sendiri, bukan utk difatwakan ke umat, boleh. Di domain inilah eksistensialisme ada jg dalam Islam.

      Pendeknya, seperti kata Heracleitos, pantarei; hidup ini mengalir: berkembang & berubah.

      Semua yg usang-usang, supaya jangan jd kebudayaan kasur tua, seperti kata Rendra, harus ditafsir ulang!

      Dan sekarang bukan lagi zamannya monolitik penafsiran kebenaran. Sekarang zaman proliferasi kebenaran, penyebaran tafsir kebenaran. Seperti kata Michael Fucoult & Jacks Derrida: setiap realitas adalah teks, setiap teks berkaki banyak, & setiap kaki, berhak utk ditafsirkan.

      Yg adiluhung2, kalo udah jd kasur tua, harus dipancung! Mpu2 seniman, penyair, yg udah jd kasur tua, harus dimakzulkan dari tahta!

      Pantarei. Percaya deh, orang yg selalu pantarei, mukanya selalu kelihatan muda...

      02 Agustus 2010 jam 13:53 

    • Agung Ardianto tapi, bukannya tafsir juga harus merujuk apa yang sudah ada?
      02 Agustus 2010 jam 20:49 ·

    • Nani Tandjung Full
      Asal tidak lari dari substansi nilai2 kebenarannya, jare Enes Suryadi....


      dibutuhkan kejujuran jawaban dari penelusuran/ pertanyaan mengapa dan mengapa pada peristiwa lalu/ sejarah, seperti kita membaca naskah teater, mempertanyakan, "mengapa dia berkata itu" sehingga kita tahu atau menjiwai peran yang ditawarkan pengarang.

      mengapa sih bala dewa itu, begitu? tanya terus, kejar terus, mengapa si pengarang atau sedang apa si pengarang, atau dalam situasi dan kondisi apakah saat si pengarang menulis itu dan seterusnya.... ayo dong, karib, kita cari pemikirannya...

      misalnya begini : saya pikir,

      Rukun islam ada 5 :

      1. BERSYHADAT, (KALIMASADA) lambangnya Yudistira

      2. TEGAKKAN SHALAT, itulah mengapa Bima TEGAK terus tak pernah DUDUK

      3. PUASA. banyak godaan, sebagaimana kerja Arjuna bertapa selalu. (dari hasil kita puasa, wajah kita jadi bersinar, tata bahasa kita jadi halus lembut, tenang, konsentrasi, hati2... layaknya karakter Arjuna

      4. dan 5, ZAKAT dan NAIK HAJI, kembarnya Nakula dan Sadewa, dari Ibu yang berbeda,
      (jika rukun 1,2,3 lebih bersifat JASMANI, jaroan jasmani yakni HATI, niat, mengucap, bergerak,
      maka Zakat dan Kehajian, adalah hasil kerja Jasmani berbentuk kekayaan dunia, misalnya UANG, yang kemudian berZAKAT dan NAIK HAJI) 

      02 Agustus 2010 jam 21:27 · 

    • Enes Suryadi
      Ya, setiap tafsir ulang memang harus merujuk pada yg sudah ada. Kalo tidak merujuk pada yg sudah ada, bukan lagi tafsir ulang. Itu sudah revolusi. Meski tafsir ulang pun berisiko utk disubversifkan.


      Pertanyaan pentingnya maka: kita sebagai bangsa, utk bisa keluar dari amenangi zaman edan (tesis Ronggowarsito ini, perspektif spiritualitas Kejawen, jelas domainnya Ki Gambuh, Ki Siradjudin, Pak Permadi, mbak Nani) sekarang ini, mau dg tafsir ulang terhadap seluruh struktur, sistem nilai, & pranata2 kebangsaan lain yg membentuk keseluruhan kebudayaan bernama Indonesia ini, atau dg revolusi?

      Meminjan terminologinya Ronggowarsito, nuhun sewu, mungkin sy keliru, kita menunggu datangnya seorang Ratu Adil, utk bisa menjawab pertanyaan ini tanpa ragu.

      Kita menunggu dalam waktu.

      02 Agustus 2010 jam 22:05 

    • debat hangat ini kurang sehat. kepanasan, tidak baik juga bagi kesehatan sudara.
      andai saja ada susu telur dan madu. pasti seru. trimks bunda tagnya, buat sudara yang sudah botak botak wayamg. salam kenal dari madura.

      03 Agustus 2010 jam 1:55 

    • Dimas Arika Mihardja awal kalimat syahadat....menanti sambungannya.
      03 Agustus 2010 jam 7:24 · 

    • Mahar Writerpreneur
      ‎>>
      Iini mengingatkan saya pada kisah nabi musa 'alaihissalam yang memukul malaikat maut sampai matanya lebam tidak terima saat mau dicabut "batere"nya.


      Lalu pada jaman nabi muhammad saw, ada abu bakar shiddiq-mantan jagoan padang pasir-yang jika ia muncul setan2 pada kabur, bahkan gunung uhud bergetar saat didaki. sampai Nabi bersabda bahwasanya jika ada Nabi setelahku [Muhammad] niscaya ia adalah Abu Bakar.

      Dan Baladewa adalah pemilik tendangan seribu bayangan yang di film2 China diklaim milik Wong Fei Hung, pendekar dan tabib China yang selalu pakai baju koko-kini jd baju muslim Indonesia-sejak diperkenalkan para ulama China di Pantura dari Laksamana Chengho sampai Senopati Tan Jin Bun [Raden Patah/Raja Islam Demak].

      Jamus Kalimasadha/Kitab Kalimahsahadat kini dikenal sebagai "Bab Tauhid" dalam ihya 'ulumuddin.

      Wayang sendiri sebagai media informasi merupakan awal sejarah film animasi. Bedanya, Dhalang Wayang [terutama Jawa] harus bisa mainkan dan bersuara 1000 tokoh wayang, sedangkan film animasi sudah pakai banyak dhalang alias dubber untuk isi suara.

      03 Agustus 2010 jam 12:54 

    • Nabila Dewi Gayatri nice mom.. I like it. sembah nuwun.
      03 Agustus 2010 jam 13:52 ·

    • 'Arrie De Marco' ‎:: Bunde; si Sengkuni diam2 ikut bermaen lhoooo heheeh
      03 Agustus 2010 jam 14:14 ·

    • Kirana Kejora Satu mantap bunda...suwun kisahnya yg berlanjut dg kenangan terajut...amien
      04 Agustus 2010 jam 7:21 ·

    • Nani Tandjung Full Aih, asik juga nih membaca ulang fragmen ini. mau dinaikin lagi ah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar